BAGIAN 1 : ASALE NAMA KAMPUNG DI SOLO
Pada bagian ini saya akan membahas mengenai asal nama
kampung yang berada di Solo. Tentu kalian tidak
asing dengan daerah Jebres, tapi taukah kalian dari mana asal mula daerah
tersebut bisa disebut dengan Jebres? Kurator Museum Radyapustaka Solo
Drs. Mufti Raharjo mengemukakan bahwa dulu ada seorang pengusaha susu yang
cukup terkenal di daerah tersebut yakni pada masa pemerintahan Paku Buwono IX,
Yeppres awalnya membuka suatu peternakan sapi yang dimana hasil produksi dari
sapi tersebut digunakannya untuk dikonsumsi dan menjadi bahan pembuatan keju, namanya
pun semakin terkenal dikalangan warga sekitar, maka ketika terbentuknya suatu
pemukiman, daerah tersebut dikenal dengan Yeppres namun warga sekitar kerap
memanggil dengan nama Jebres. Lantas bagaimana
dengan perempatan Panggung? Perempatan Panggung ini berada di persilangan jalur
Jl. Brigjen Katamso menuju Mojosongo, Jl. Urip Sumoharjo menuju Pasar Gede,
Jl.Mongonsidi menuju Stasiun Balapan dan Jl. Kolonel Sutarto menuju RS
Moewardi. Nama Panggung diawali dari bentuk struktur tanahnya yang
tinggi jika dibandingkan dengan daerah sekitarnya, yang jika berada di daerah
tersebut maka banyak yang beranggapan merasa seperti di atas panggung, karena
jika kita berada disana, kita bisa melihat dari berbagai arah, seperti yang
dilakukan pada bangsawan Keraton yang ingin berburu atau mengintai hewan
burunan. Kampung Kandangsapi, Kelurahan Tegalharjo,
Kecamatan Jebres, nama tersebut dikenal karena dulunya adalah tempat ternak sapi
Yeppres.
Kampung Sekarpace, mungkin banyak yang beranggapan bahwa nama
tersebut berasal dari banyaknya tumbuhan atau pohon pace, namun taukah bahwa
itu ternyata tidak benar, menurut Staf Keparak dan Mandrabudaya Keraton
Surakarta Hadiningrat K.R.M.H. Notowijoyo, nama Sekarpace sebenarnya adalah
nama orang Prancis yang berada di lingkungan tersebut yakni bernama Monsieur
Schapentier, disaat itu beliau sedang ditemui oleh abdi dhalem yang
diperintahkan oleh PB X, namun ternyata seorang abdi dhalem tersebut tidak
begitu fasih dalam mengucapkan nama Monsieur Schapentier sehingga munculah kata
Tuan Sekarpace, mulai dari situlah banyak orang yang memanggilnya dengan nama
Tuan Sekarpace, sehingga lingkungan tersebut dikenal dengan nama Kampung
Sekarpace. Kampung Petoran, asal mula
namanya tidak jauh berbeda dengan Kampung Sekarpace, ada warga Eropa yang
berkunjung di Solo bernama Meneer Victor, namun banyak orang Jawa yang tidak
bisa memanggilnya dengan nama yang sebenarnya, sehingga munculah Petoran,
sehingga Kampung tersebut diberi nama Kampung Petoran. Pasar
Harjodaksino dulu bernama Pasar Gemblegan, nama itu berasal dari nama seseorang
yaitu Gajah Gemblegan, dimana beliau merupakan salah satu bandar judi yang
sangat terkenal sehingga banyak orang-orang dari daerah tersebut atau
daerah lain yang mengenalnya, dan saat ini, Gemblegan telah berkembang
pesat. Kampung Selembaran, Serengan, Solo, kampung ini sebenarnya adalah hutan,
yang dimana hutan ini menjadi tempat transaksi antara PB VI kepada Pangeran
Diponegoro, uang tersebut diberikannya dengan cara lembar
perlembar, dari situlah nama Kampung Selembar terbentuk. Wilayah Baluwarti, kata Baluwarti berasal dari bahasa
Portugis yakni “baluarte” yang berarti Benteng, nama tersebut dapat disangkut
pautkan kepada kejadian saat itu, yakni permasalahan di lingkungan jero benteng, yang dimana pemukiman
penduduk tersebut letaknya bukan di dalam wilayah keraton akan tetapi berada di
luar tembok kedhaton yang masih berada
di dalam benteng, masalah letak tersebut itulah yang sempat menjadi keresahan
warga sekitar mengenai status tanah tempat tinggalnya. Kampung yang
terkenal dengan genangan airnya, yaitu kampung Kedunglumu, kampung ini dulunya
adalah tempat yang sebagian besar daerahnya berupa rawa-rawa, pada tahun 1745,
PB II berniatan untuk memindahkan istana yang dulu berada di pusat pemerintahan
Keraton Surakarta ke Desa Sala, alasan beliau memindahkan istananya tersebut
karena kondisi istana yang sudah tidak layak untuk ditempati, disebabkan oleh peristiwa
pemberontakan warga keturunan Tionghoa terhadap Belanda pada tahun 1740. PB II
mengutus tiga utusannya dan kemudian mereka menemukan sebuah sumer mata air
yang bernama Tirta Amerta Kamandanu, lantas tempat itu dirasa cocok untuk
mendirikan istana yang baru, namun dalam proses pembangunan istana tersebut ada
kendala yang dimana air tersebut tidak dapat disumbat, justru air tersebut
bertambah deras dan terus mengalir, akhirnya seorang Kiai yang bernama Kiai
Gede Sala bertapa dan memperoleh wangsit, dimasukanlah Sekar Delima Seta dan
daun lumbu kedalah sumber mata air tersebut, dan berhasil,
sebab mula dari situlah nama Kampung Kedunglumu terbuat. Kampung yang sekarang menjadi bangunan Benteng Trade
Centre Solo dulunya bernama Kampung Bathangan, nama Bathangan ini diberikan
karena dulu ada seorang pemuda yang meninggal, yang ditemukan oleh Kiai Gede
Sala terdampar di sungai, sayangnya Kiai Gede Sala tidak mengetahui siapa nama
pemuda tersebut, akhirnya mayat itu disebut dengan Kiai Bathang (mayat)
dan dimakamkan di sebelah timur Gapura Gladak, seiring berkembangnya daerah
tersebut, kampung tempat dimakamkannya Kiai Bathang ini dinamakan Kampung
Bathangan, sebenarnya seorang pemuda itu adalah Raden Pabelan putra Tumenggung
Mayang yang dibunuh oleh orang-orang suruhan dari Sultan Hadiwijaya, yang
dimana Sultan Hadiwijaya adalah ayah dari kekasih sang Raden yaitu Putri Sekar
Kedaton atau Ratu Hemas, hubungan mereka tidak disetujui oleh orang tua mereka.
Dibalik nama Pabelan,
memiliki cerita yang tak jauh berbeda dengan Kampung Bathangan, nama Desa ini
bermula pada suatu ketika seorang Raden yang bernama Pabelan putra dari
Tumenggung Mayang menyukai Puti Sekar Kedaton atau Ratu Hemas namun hubungan
mereka tidak disetujui, saat mereka sedang bersama kemudian tertangkaplah
mereka dan Raden Pabelan pun akhirnya meninggal karena luka yang cukup parah karena terkena sabit,
akhirnya daerah tersebut dikenal dengan nama Desa Pabelan. Kelurahan yang bernama Gajahan ini pasti mudah sekali
untuk kalian tebak mengapa nama desa tersebut adalah Gajahan. Daerah itu adalah
kandang gajah, seiring berjalannya
waktu gajah yang dulu merupakan peliharaan Keraton itu satu persatu akhirnya
mati, dan daerah yang dijadikan kandang itupun kini sekarang berubah menjadi
pemukiman warga yang diberinama Kampung Gajahan.Taukah kalian dibalik nama Kawasan Kalilarang, nama
Kalilarang ini bermula karena wilayah itu merupakan sebuah kali, jernihnya air
itu membuat pihak Keraton membuat beberapa peraturan dengan tujuan agar air itu
tetap jernih, peraturan tersebut ialah dilarang untuk membuang kotoran atau
sampah, akhirnya banyak warga dan masyarakat yang menyebut kawasan itu dengan
nama Kalilarang. Kelurahan Punggawan, dari namanya
saja sudah bisa ditebak mengapa nama Kelurahan tersebut bernama Punggawan, menurut tokoh masyarakat, Ny. Sugiyanto nama
Kelurahan Punggawan ini berasal dari kata penggawa atau pejabat, dan banyak
penggawa yang tinggal di daerah tersebut, maka takheran jika nama Kelurahan tersebut
diberi nama Punggawan. Taukah kalian atau pernahkah kalian mendengar Kampung Sraten? Kampung ini berada
di Kelurahan Serengan, tepatnya berada di daerah kawasan Solo. Menurut kalian
bagaimana asal muasal Kampung tersebut bisa diberinama Sraten? Saya akan
menjawab rasa penasaran anda, untuk Kampung yang satu ini memiliki latar belakang yang berbeda dengan daerah-daerah atau kampung-kampung yang lain yang
berada di Solo, jika yang lain memberikan nama daerah tersebut dengan latar
belakang nama seorang tokoh atau peristiwa sejarah, kampung ini menurut
Kurator Museum Radyapustaka Solo, Bapak Mufti Raharjo, beliau menjelaskan bahwa
Saten ini diambil dari para abdi dhalem
Keraton Solo yang bernama Srati, seiring berjalannya waktu tempat tersebut
berkembang menjadi pemukiman yang sekarang ini dan dikenal dengan Kampung Sraten. Kelurahan yang satu ini memiliki kesamaan dalam latar
belakang mengenai penamaan nya dengan Kampung Sraten, Kelurahan Gandekan ini
berada di perbatasan Kelurahan Jagalan pada sebelah utara, Sangkrah pada bagian
selatan, Sudiroprojan sebelah barat, dan Kampung Sewu si sebelah Timur, Kampung
Gandekan ini berasal dari nama seorang abdhi dalem yang bertugas sebagai kurir
Keraton, dan tempat tinggal kurir tersebut diberi nama Kampung Gandekan. Pasti kalian tidak asing dengan gamelan, Kampung yang
satu ini memiliki hubungan dengan gamelan pada latar belakang sebutan nama Kampung
nya, lebih tepatnya berkaitan dengan seorang abdhi dalem yang tugasnya
membuat gamelan, yakni bernama Mlaya, nama Kampung ini di ambil dari kata Mlaya
dan mendapat tambahan ke-an, seiring berjalannya waktu tempat tinggal abdi dhalem tersebut kini menjadi
pemukiman penduduk yang bernama Kampung Kemlayan.
Nama Kelurahan yang satu ini cukup
berkesan seram jika kalian mengetahui asal muasal nama dari kampung ini,
kampung ini dulu menjadi tempat penyembelihan (jagal) hewan ternak pada masa
pemerintahan PB X, penjagalan hewan ini dilakukan oleh pihak PB X untuk
menyediakan kebutuhan daging yang akan dikonsumsi oleh bangsa asing, hingga
lama-kelamaan tempat tersebut dikenal dengan sebutan Kelurahan Janggalan. Taukah kalian dengan perangkat
gamelan kenong? Nama kampung ini diberi nama Kampung Nonongan karena dulunya
adalah kawasan untuk pemuatan kenong. Di Kecamatan
Jebres ada satu Kelurahan yang memiliki jumlah kampung yang banyak, sehingga
tak salah lagi jika akhirnya dikenal sebagai Kampung Sewu. Pasar
kabangan, bagaimana cerita mulanya bisa dikenal dengan sebutan Kabangan ? Menurut Pak Mufti pasar tersebut diberikan nama sesuai
dengan letak nya di daerah kabangan, sedangakn kampung kabangan itu karena
daerah itu sungainya terkena limbah batik sehingga berwarna merah(abang). KelurahanSondakan merupakan nama dari Rekso Handaka namun banyak orang yang memanggilnya dengan nama Sondakan, dari situlah asal mula nama Kampung tersebut. Terakhir dari bagian ini adalah Kampung Panularan, dulunya daerah itu merupakan tempat tinggal seorang yang bernama G.P.H. Panular.
Sumber : ASALE Cerita di Balik Nama Kampung dan Tempat terbitan PT. Aksara Solopos
Follow ig: rzkptrp
Sumber : ASALE Cerita di Balik Nama Kampung dan Tempat terbitan PT. Aksara Solopos
Follow ig: rzkptrp
Apakah ada kontak yang bisa dihubungi, saya sedang mencari buku sumber yang disebutkan dalam blog tersebut
BalasHapus