Percayakah kalian jika nama sebuah
kota tak lepas dari mitos, kini kita beranjak di bagian ke empat yang membahas
mengenai mitos dan asal-usul nama kota. Pembahasan
pertama kita mengenai kota Boyolali, kota ini berasal dari kata boya dan lali,
jika kita telusuri lebih dalam, pada saat itu Kiai Ageng Pandanarang sedang
mengadakan perjalanan bersama anak dan istrinya Nyai Ageng, namun ketika dalam
perjalanan sang Kiai meninggalkan istri dan anaknya, dan terlontalar lah kata
“Boya wis lali, Kiai teka ninggal aku”, setelah berjalan cukup jauh, Kiai baru
sadar bahwa dia meninggalnya anak dan istrinya, diucaplah sebuah kata dari
mulutnya “Boya wes lali wong iki” hingga akhirnya mereka bertemu lagi dan
lantas sang Nyai kembali mengucapkan kata-kata “Kiai boya wis lali aku teka
ninggal aku”, kono daricerita tersebut terbentuklah nama Boyolali. Kota
yang satu ini berada di lereng Gunung Merbabu yang terletak di jalur Solo-Semarang,
yaps kota Salatiga, nama kota ini berkaitan dengan sifat Ki Ageng Pandanaran
yang dimana beliau melakukan tiga kesalahan yang berkaitan dengan sifat
sombongnya, salah dan tiga, dari situlah nama kota itu berasal. Kota Ponorogo,
kota itu dulunya merupakan tempat bertapa, nama kota itu berasal dari kata pono
yang artinya selesai dan rogo yang artinya raga, karena ditempat itulah Raden
Katong berhenti bertapa dan akhirnya mendapt petunjuk. Kota
Kudus adalah kota yang sangat erat kaitannya dengan nilai keagamaan islam, jika
ditelusuri lebih dalam lagi nama kota Kudus ini pun sangat erat pula dengan
keagamaan, berasal dari bahasa arab Al-Quds
yang artinya suci. Pasar Sunggingan yang berada di Boyolali ini asal
mula namanya dari seorang Nyai Ageng Pandan Arang yang sempat berkata “yen ono
rejaning zaman, panggonan iki bakal ngrejekeni, aranono Sunggingan” dari
situlah pasar tersebut bernama Sunggingan. Bandara yang
satu ini pasti tak asing ditelinga kalian, Bandara Adi Soemarmo, sebelum
bernama Adi Soemarmo tempat itu dulu bernama Panasan, nama Panasan itu sampai
sekarang belum ada penjelasan mengenai latar belakangnya, dan nama Adi Soemarmo
itu diambil dari nama seorang pahlawan. Tempat yang berada di jalan raya
Solo-Boyolali yaitu Desa Ngaru-aru, nama Ngaru-aru ini berasal dari sikap warga
yang ngar gajah,u-aruhi Sunan Kudus dimana beliau dulu melakukan meditasi dan
sering menyapa (ngaru-aruhi) Sunan Kudus.
Kecamatan Simo yang berada di
Boyolali dulunya ada sebuah perkelahian antara Sunan Kudus dan Kiai Becak, pada
saat itu Sunan Kudus memukul Kiai Becak, yang suara pukulannya itu sangat keras
hingga banyak masyarakat yang berteriak “Simo ngamuk” (harimau mengamuk), maka
dari situlah landmark dan nama kota tersebut bersimbol singa. Gua Gong, namanya saja sudah jelas “gong”, seperti bunyi dari
suara gamelan,memang benar nama Gua Gong ini memang berkaitan dengan itu. Desa
yang satu memiliki banyak pohon mangga yang menjadikannya alasan sebagai latar
belakang nama desa Puhpuluh yang berada di Wonogiri. Makam
Ki Ageng, makam ini pada hari-hari tertentu banyak orang baik di dalam daerah
maupun di luar daerah untuk berziara, makam tersebut adalah makam dari anak
Kerajaan Majapahit dan bentuk makamnya menyerupai masjid dan juga dianggap
kramat. Nama Masjid Pantaran ini berasaldari kata sepantaran (seumuran)
yang dimana pembuatannya dulu bersamaan dengan Masjid Agung di Demak. Waduk Gajah Mungkur berasal dari bentuknya yang seperti
pantat gajah yang membelakangi, dalam bahasa jawa membelakangi adalah mungkur. Tradisi yang bernama
dugderan ini bermula dari bunyi bedhug “dhug” dan suara meriam “dher” dan
banyak warga yang berteriak “dhug dher” dan sorak sorai itu juga menandakan
datangnya bulan Ramadhan.
Jatinom,
Klaten bermula karena dulunya ada Kiai Ageng Gribig yang terdampar karena
perang saudara , beliau terdampar di bawah pohon muda, yang dalam bahasa adalah
enom, sehingga bernama Jatinom. Apem Yaqowiyu adalah sebuah tradisi yang
asal mula nama apem tersebut bermula ketika seorang Ki Ageng Gribig membacakan
do’a “yaqowiyu” yang diharapkan apem tersebut dapat membawa berkah. Plesungan
ini diberinama demikian karena dulunya setiap rumah memiliki lesung atau alat
penumbuk padi, hingga terkenalah dengan sebutan Desa Plesungan. Bergota,
Semarang, tempat yang sebenarnya bernama berg
van pemberian dari Belanda ini berubah karena warga sekitar yang susah
menyebutkannya dalam bahasa Belanda, akhirnya berubahlah menjadi Bergota.
Pantai Randusanga, Brebes ini dalam namanya berkaitan dengan Walisanga, nama
randu berasal dari bekas dan sanga yang berarti sembilan, dulu tempat itu
merupkan tempat yang digunakan untuk Walisanga berkumpul. Desa yang bermula
dari sungai ini diberi nama Klampok karena dulunya terdapat sungai besar yang
bernama Klampok. Nama makanan ringan yang satu ini berasal dari pertanyaan
seorang raja kepada abdi dhalem nya
“iki opo kok enak” pertanyaan itulah yang menjadikan kue ini dinamakan Kipo dan
dengan Desa Cemani yang terkenal dengan pabrik batiknya ini berasal dari bahasa
Jawa yang berarti hitam.
Sumber : Buku ASALE Cerita di Balik Nama Kampung dan Tempat terbitan PT. Solopos
Tidak ada komentar:
Posting Komentar