Kamis, 16 Maret 2017

Bagian 3 : Peninggalan Bersejarah

Jangan bosan untuk membaca ya semua, apalagi membaca itu memberikan kita pengetahuan yang lebih luas dan menjadi tahu sesuatu yang kita tidak tau. Saya akan menyampaikan bagian ketiga yang membahas mengenai nama dibalik peninggalan sejarah. Jika kalian melewati Solo Grand Mall pasti kalian melihat bangunan yang megah itu adalah  rumah dinas Wali Kota Solo, tempat itu dulunya bernama Loji Gandrung, nama Loji Gandrung bisa tercipta karena tempat itu dulunya merupakan rumah dinas Gubernur Jendral yang dimana beliau sering sekali mengadakan pertunjukan hiburan di setiap malam, maka tak heran jika tempat itu sangat ramai dikunjungi oleh masyarakat sekitar yang ingin menyaksikan pertunjukan menari, lantas munculah sapaan-sapaan yang sering terucap oleh masyarakat sekitar, “loji” yang artinya rumah dan banyaknya orang yang posa pasean atau gandrung yang artinya memadu kasih. Bagaimana dengan yang satu ini? Pastinya kalian sering sekali mendengan Stadion Sriwedari yang sebelum adanya Stadion Manahan tempat ini pernah menjadi tempat penyelenggaraan pertandingan sepak bola tingkat nasional, Stadion tersebut dibangun pada masa pemerintahan PB X yang bertujuan untuk menyediakan tempat untuk berolahraga bari para pribumi, nama Sriwedari diberikan karena tempat tersebut berada di kompleks Taman Sriwedari. Coba kalian masuk ke dalam Taman Swiwedari kalian akan melihat kolam yang besar, tempat itu sering disebut Segaran, nama itu muncul karena kerapnya masyarakat sekitar yang sering menyebutnya dengan Segaran yang berarti banyak air hingga menyerupai laut. Bangunan megah yang berada di sebelah barat Stadion Sriwedari sempat menjadi gedung Makodim Solo dan dulu menjadi markas para pejuang.


TK atau taman kanak-kanak Taman Putera Mangkunegaran dulunya adalah tempat tinggal yang dihuni oleh seorang Patih Dalem, dimana tempat tersebut difungsikan sebagai pendapa utama, setelah wafatnya Sang Patih maka tempat itu beralih fungsi menjadi taman kanak-kanak. Tempat yang biasanya digunakan untuk menikmati hidangan yang berada di sebelah Timur Museum Radyapustaka,Pujasari, ini dulunya adalah tempat yang bisa digunakan untuk ceramah tentang budaya,atau bisa juga sebagai tempat untuk membaca yang dinamakan Walidyasana, nama Walidyasana ini berasal dari nama kecil Djojohadiningrat II, yakni Walidi, dan digabungkan dengan kata asana yang berarti tempat, maka jika kedua kata tersebut digabungkan akan menjadi Walidiyasana. Panti yang dulu dikenal dengan nama Griya Wangkung adalah tempat untuk menampung orang-orang yang memiliki masalah sosial, menurut masyarakat nama itu berasal dari kata wong terkungkung artinya orang yang terasingkan, seiring perkembangan, tempat itu tidak hanya untuk orang yang mengalami masalah sosial namun juga untuk tempat mereka yang membangkang terhadap pemerintahan keraton maupun bagi para pengemis, pada tahun 1965 tempat itu juga digunakan untuk tempat para tahanan politik, serakang bangunan itu berubah nama menjadi Panti Pamardi Wanita yang fungsinya tidak jauh berbeda dengan yang dulu. Masjid Al- Wustho, bangun itu memiliki 18 saka, yang dimana melambangkan umur R.M. Said, dimana beliau pada usia 18 tahun diangkat sebagai Adipati Mangkunegara, oleh MN VII yang keturunan R.M Said atau nama lainnya Pangeran Sambernyawa membuat saka yang berjumlah 18 untuk mengenang perjuangan sang R.M. Said. Pendapa Ageng Pura Mangkunegaran ini tidak bisa dipisahkan dengan tiang-tiang penyangganya, tiang tersebut berbentuk persegi panjang yang berasal dari pohon yang tumbuh di hutan Mangkunegaran daerah Wonogiri. Museum yang tertua di Jawa, Museum Radya Pustaka ini dulunya adalah bangunan yang digunakan sebagai vila untuk Belanda dan terkenal dengan nama Loji Kadipolo. Jika kalian menemui kantor Pos yang sangat megah di Solo, yang tepatnya berada di Jalan Slamet Riyadi dulunya adalah bangunan Hotel yang bernama Hotel Slier.



Tak kalah megah dengan bangunan kantor Pos, bangun yang sekarang ini menjadi BI Solo waktu zaman Belanda pun sudah digunakan sebagai bank, yang bernama Javasche Bank. Kini kita beralih ke daerah Karanganyar, candi yang cukup terkenal ini yakni Candi Sukuh dulunya difungsikan sebagai tempat untuk mengetes keperawanan seorang perempuan, nama Sukuh berasal dari suku kata suku yang artinya kaki, karena tempat ini berada di kaki Gunung Lawu, maka dari itu nama Candi ini adalah Candi Sukuh. Sekarang kita beralih ke daerah Yogyakarta, pastinya jika kalian mendengar Pasar Kotagede dengan mudah menebak mengapa bernama Pasar Kotagede, karena memang benar pasar ini berada di sebuah kota yang besar. Kampung Dalem yang berada di Kotagede ini berasal dari kata dalem yang berarti rumah, dulu menupakan tempat tinggal seorang raja di Keraton Mataran Islam I. Kampung Kauman, nama kampung itu berasal dari bahasa Arab, qoimuddin yang berarti penegak agama, ini bisa disimpulkan bahwa Kampung Kauman ini sebagai penegak agama.




Sumber : ASALE Cerita di Balik Nama Kampung dan Tempat penerbit PT. Aksara Solopos
Follow juga ig : rzkptrp
Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam ejakan maupun penulisan, semoga bermanfaat :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar