Jangan bosan untuk membaca ya semua, apalagi membaca itu
memberikan kita pengetahuan yang lebih luas dan menjadi tahu sesuatu yang kita
tidak tau. Saya akan menyampaikan bagian ketiga yang
membahas mengenai nama dibalik peninggalan sejarah. Jika kalian melewati
Solo Grand Mall pasti kalian melihat bangunan yang megah itu adalah rumah dinas Wali Kota Solo, tempat itu dulunya
bernama Loji Gandrung, nama Loji Gandrung bisa tercipta karena tempat itu
dulunya merupakan rumah dinas Gubernur Jendral yang dimana beliau sering sekali
mengadakan pertunjukan hiburan di setiap malam, maka tak heran jika tempat itu
sangat ramai dikunjungi oleh masyarakat sekitar yang ingin menyaksikan
pertunjukan menari, lantas munculah sapaan-sapaan yang sering terucap oleh
masyarakat sekitar, “loji” yang
artinya rumah dan banyaknya orang yang posa
pasean atau gandrung yang artinya memadu kasih. Bagaimana
dengan yang satu ini? Pastinya kalian sering sekali mendengan Stadion
Sriwedari yang sebelum adanya Stadion Manahan tempat ini pernah menjadi tempat
penyelenggaraan pertandingan sepak bola tingkat nasional, Stadion tersebut
dibangun pada masa pemerintahan PB X yang bertujuan untuk menyediakan tempat
untuk berolahraga bari para pribumi, nama Sriwedari diberikan karena tempat
tersebut berada di kompleks Taman Sriwedari. Coba
kalian masuk ke dalam Taman Swiwedari kalian akan melihat kolam yang besar,
tempat itu sering disebut Segaran, nama itu muncul karena kerapnya masyarakat
sekitar yang sering menyebutnya dengan Segaran yang berarti banyak air hingga
menyerupai laut. Bangunan megah yang berada di sebelah barat Stadion
Sriwedari sempat menjadi gedung Makodim Solo dan dulu menjadi markas para
pejuang.
TK atau taman kanak-kanak Taman Putera Mangkunegaran dulunya
adalah tempat tinggal yang dihuni oleh seorang Patih Dalem, dimana tempat
tersebut difungsikan sebagai pendapa utama, setelah wafatnya Sang Patih maka
tempat itu beralih fungsi menjadi taman kanak-kanak. Tempat
yang biasanya digunakan untuk menikmati hidangan yang berada di sebelah Timur
Museum Radyapustaka,Pujasari, ini dulunya adalah tempat yang bisa digunakan
untuk ceramah tentang budaya,atau bisa juga sebagai tempat untuk membaca yang
dinamakan Walidyasana, nama Walidyasana ini berasal dari nama kecil
Djojohadiningrat II, yakni Walidi, dan digabungkan dengan kata asana yang berarti tempat, maka jika
kedua kata tersebut digabungkan akan menjadi Walidiyasana. Panti yang
dulu dikenal dengan nama Griya Wangkung adalah tempat untuk menampung
orang-orang yang memiliki masalah sosial, menurut masyarakat nama itu berasal
dari kata wong terkungkung artinya
orang yang terasingkan, seiring perkembangan, tempat itu tidak hanya untuk orang
yang mengalami masalah sosial namun juga untuk tempat mereka yang membangkang
terhadap pemerintahan keraton maupun bagi para pengemis, pada tahun 1965 tempat
itu juga digunakan untuk tempat para tahanan politik, serakang bangunan itu
berubah nama menjadi Panti Pamardi Wanita yang fungsinya tidak jauh berbeda
dengan yang dulu. Masjid Al- Wustho, bangun itu
memiliki 18 saka, yang dimana melambangkan umur R.M. Said, dimana beliau pada usia
18 tahun diangkat sebagai Adipati Mangkunegara, oleh MN VII yang keturunan R.M
Said atau nama lainnya Pangeran Sambernyawa membuat saka yang berjumlah 18 untuk
mengenang perjuangan sang R.M. Said. Pendapa Ageng Pura Mangkunegaran
ini tidak bisa dipisahkan dengan tiang-tiang penyangganya, tiang tersebut
berbentuk persegi panjang yang berasal dari pohon yang tumbuh di hutan
Mangkunegaran daerah Wonogiri. Museum yang tertua di
Jawa, Museum Radya Pustaka ini dulunya adalah bangunan yang digunakan sebagai
vila untuk Belanda dan terkenal dengan nama Loji Kadipolo. Jika kalian
menemui kantor Pos yang sangat megah di Solo, yang tepatnya berada di Jalan
Slamet Riyadi dulunya adalah bangunan Hotel yang bernama Hotel Slier.
Tak kalah megah dengan bangunan kantor Pos, bangun yang
sekarang ini menjadi BI Solo waktu zaman Belanda pun sudah digunakan sebagai
bank, yang bernama Javasche Bank. Kini kita beralih ke
daerah Karanganyar, candi yang cukup terkenal ini yakni Candi Sukuh dulunya
difungsikan sebagai tempat untuk mengetes keperawanan seorang perempuan, nama
Sukuh berasal dari suku kata suku yang artinya kaki, karena tempat ini berada
di kaki Gunung Lawu, maka dari itu nama Candi ini adalah Candi Sukuh. Sekarang
kita beralih ke daerah Yogyakarta, pastinya jika kalian mendengar Pasar
Kotagede dengan mudah menebak mengapa bernama Pasar Kotagede, karena memang
benar pasar ini berada di sebuah kota yang besar. Kampung Dalem yang berada di
Kotagede ini berasal dari kata dalem
yang berarti rumah, dulu menupakan tempat tinggal seorang raja di Keraton
Mataran Islam I. Kampung Kauman, nama kampung itu berasal
dari bahasa Arab, qoimuddin yang
berarti penegak agama, ini bisa disimpulkan bahwa Kampung Kauman ini sebagai
penegak agama.
Sumber : ASALE Cerita di Balik Nama Kampung dan Tempat penerbit PT. Aksara Solopos
Follow juga ig : rzkptrp
Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam ejakan maupun penulisan, semoga bermanfaat :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar